Archive | March, 2013

Efektif dan Efisien dalam Bekerja dengan latihan Neo Self Empowerment

30 Mar

Ketika kita mengeluarkan air mata karena perasaan haru/perasaan gembira ternyata efek dari keluar air mata tersebut adalah adanya rasa lega yang luar biasa, seluruh beban yang tadinya terasa berat menjadi lebih ringan. Sebenarnya bukan bebannya yang berkurang, namun seperti ada kekuatan dalam diri kita yang bertambah sehingga dalam merasakan beban yang sama tadi itu terasa lebih ringan.

 Dengan latihan Neo Self Empowerment kita dapat mendapatkan hasil yang lebih besar, bukan hanya meringankan beban yang tadinya berat, namun juga menimbulkan rasa kasih dalam diri. Mungkin banyak yang bertanya apa sih kasih itu? Contoh paling nyata adalah kasih Ibu kepada anaknya, dimana seorang Ibu selalu memberi, memberi dan memberi karena kasih itu selalu memberi. Dan ini dapat terjadi ketika kita dapat memberdayakan diri kita. Bagaimana sih caranya?

“Memberdayakan Penglihatan dan Mengembangkan Kasih serta Intuisi” inilah nama teknik latihan Neo Self Empowerment yang diberikan oleh Pak Anand Krishna, dimana penglihatan kita yang mungkin selama ini tidak kita sadari kita gunakan untuk melihat hal-hal yang sesungguhnya tidak kita butuhkan. Dan hal ini berarti pemborosan dalam penggunaan energi, bisa dikatakan 70% energi kita terboroskan melalui mata.

Untuk saya sendiri, latihan ini sangat berguna sekali untuk melatih fokus saya dalam melakukan suatu pekerjaan dan lebih efisien dalam penggunaa energi, karena saya ini orangnya cepat bosan sehingga kalau melakukan sebuah pekerjaan akan loncat sana loncat sini, walaupun pada akhirnya selesai juga namun dengan cara ini sangat memboroskan energi. Saya juga jadi mengenal apa yang namanya kasih melalui latihan ini. Kalau dulu melihat penderitaan orang yang timbul hanya simpati, sekarang saya juga mengerti apa itu rasa empati yang sesungguhnya. Dan semua yang didapat melalui latihan ini sangat membantu hidup saya sekarang dalam menjalani keseharian. Setiap hari menjadi penuh semangat untuk terus berkarya tanpa pamrih.

Terima Kasih Pak Anand atas latihannya, sungguh sangat membantu saya dalam menyelesaikan pekerjaan sehari-hari saya.

 

Image

Anand Krishna Praperadilankan Kejaksaan

28 Mar

http://mediasionline.com/readnews.php?id=4380&t=Anand%20Krishna520Praperadilankan%20Kejaksaan

Penulis: Chandra Nurcahyo

Jakarta-Mediasi Online. Pihak Anand Krishna keberatan atas eksekusi yang dilakukan terhadap dirinya oleh pihak Kejaksaan. Karena ketidakpuasannya itu, Anand pun memdaftarkan gugatan praperadilan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel), Rabu (27/3/2013), melawan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan, (Kejari Jaksel).

Dalam keterangan persnya, Otto Hasibuan selaku kuasa hukum Anand Krishna mengatakan bahwa penahanan terhadap kliennya dianggap tidak sah karena dasar eksekusi yang dipakai pihak Kejaksaan adalah putusan yang batal demi hukum. Hal ini ini karena tidak terpenuhinya pasal 197 KUHAP pada putusan tersebut dimana putusan tersebut batal demi hukum.

“Kita sudah menyampaikan beberapa kali kepada pihak kejaksaan pada dasar eksekusinya itu putusan batal demi hukum, namun tetap kejaksaan melakukan eksekusi paksa dan melawan hukum. Pak Anand sebagai warga negara yang baik telah menjalani, tapi dengan protes. Dan kami sudah mendaftarkan praperadilan atas penahanan yang tidak sah,” jelas Otto.

Hal senada diutarakan putra dari Anand Krishn, Prashant Gangtani mengatakan  bahwa hal ini sudah masuk abuse of power atau penyalahgunaan kekuasaan oleh Kejari Jaksel. Prashat menambahkan, mengeksekusi putusan batal demi hukum sama dengan tidak taat pada hukum. Sebagai instansi negara seharusnya mereka memberikan contoh yang baik untuk melakukan tindakan melawan hukum.

Masih dijelaskan dalam siaran persnya, seperti diketahui penegasan keharusan untuk terpenuhi pasal 197 ayat 1 dalam mempidanakan seseorang telah diputuskan oleh Makamah Kontitusi pada tanggal 22 November 2012 lalu. Bahkan Komisi III DPR secara sepesifik meninta Kejaksaan Agung untuk melaksanakan putusan MK ini agar memenuhi rasa keadilan masyarakat dan tatanan hukum di Indonesia.

Sebelumnya pada surat tertanggal 09 November 2012 Komnas HAM telah mengeluarkan rekomendasi yang menyatakan bahwa putusan MA adalah cacat hukum dan adanya indikasi pelanggaran HAM yang terjadi pada Adnan Krishna.

Seperti diketahui Adnan Krishna dieksekusi tim Kejaksaan di Bali pada bulan lau, (16/2). Tim Kejaksaan membawa Adnan Khrisna ke Jakarta dan mengeksekusi ke LP Cipinang, Eksekusi ini berdasarkan putusan MA yang diketok oleh salah satu mantan Hakim Agung Achmad Yamanie yang  telah diberhentikan secara tidak hormat akhir tahun lalu. Sebelumnya Adnan Khrisna divonis bebas oleh Hakim PN Jaksel Albertina Ho pada tertanggal 22 November 2011.

Image

Anand Krishna Gugat Kejari Jaksel

28 Mar

Rabu, 27 Maret 2013 , 21:58:00 WIBImage

http://www.komisikepolisianindonesia.com/hukum/read/7649/anand-krishna-gugar-kejari-jaksel.html

Spiritualis Anand Krishna keberatan atas eksekusi penahanan paksa yang dilakukan pihak kejaksaan terhadap dirinya. Karena itu, Anand pun melayangkan gugatan pra-peradilan.

“Penahanan klien kami tidak sah karena dasar eksekusi yang dipakai kejaksaan adalah putusan yang batal demi hukum. Putusan tidak memenuhi Pasal 197 KUHAP,” kata Otto Hasibuan, pengacara Anand, dalam keterangan persnya, Rabu (27/3).

Dia mengatakan gugatan pra peradilan melawan eksekusi yang dilakukan Kejaksan Negeri Jakarta Selatan sudah didaftarkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan hari ini.

Otto mengatakan pihaknya sudah menyampaikan beberapa kali kepada pihak kejaksaan bahwa dasar eksekusi kliennya adalah putusan batal demi hukum. Namun, pihak kejaksaan tetap saja melakukan eksekusi paksa dengan cara-cara melawan hukum.

“Pak Anand sebagai warga Negara yang baik menjalani (eksekusi), tapi dengan protes,” tegas dia.

Prashant Gangtani, putra Anand Krishna menambahkan, eksekusi yang dilakukan Kejaksaan sebagai abuse of power atau penyalahgunaan kekuasaaan. Mengeksekusi putusan batal demi hukum sama dengan tidak taat pada hukum.

“Sebagai instansi negara seharusnya mereka memberi contoh yang baik untuk tidak melakukan tindakan melawan hukum,” imbuh Prashant.

Penegasan keharusan untuk terpenuhi pasal 197 ayat 1 dalam mempidanakan seseorang telah diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi tanggal 22 November 2012. Bahkan Komisi III DPR secara spesifik meminta kejagung untuk melaksanakan putusan MK ini agar memenuhi rasa keadilan masyarakat dan tatanan hukum di Indonesia.

Sebelumnya, pada surat tertanggal 9 November 2012, Komnas HAM telah mengeluarkan rekomendasi yang menyatakan bahwa putusan MA adalah putusan yang cacat hukum dan ada indikasi pelanggaran HAM yang terjadi kepada Anand Krishna.

Anand Krishna dieksekusi paksa oleh tim kejaksaan di Bali bulan lalu(16/2). Tim membawa Anand Krishna ke Jakarta dan menahannya di LP Cipinang. Eksekusi didasarkan atas dasar putusan MA yang diketok oleh salah satunya, mantan Hakim Agung Achmad Yamanie yang telah diberhentikan secara tidak hormat akhir tahun lalu.

Sementara oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Anand Krishna divonis bebas oleh Hakim Albertina Ho pada 22 Novomber 2011.[dem]

Kubu Anand Krishna Praperadilankan Kejaksaan

28 Mar
Image
 
ChanelBali, Denpasar, Kubu Anand Krishna resmi mengajukan Pra Peradilan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan atas penahanan yang dinilai tidak sah oleh pihak kejaksaan.
 
 

Langkah hukum Anand dilayangkan, atas keberatan keputusan eksekusi yang dilakukan pihak Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan.

Otto Hasibuan, selaku Kuasa Hukum Anand, menyatakan, penahanan kliennya dianggap tidak sah, karena dasar eksekusi kejaksaan adalah putusan yang batal demi hukum.

Hal ini, karena tidak terpenuhinya pasal 197 KUHAP pada putusan tersebut dimana putusan tersebut batal demi hukum.

“Kita sudah menyampaikan beberapa kali kepada pihak kejaksaan pada dasar eksekusi nya itu putusan batal demi hukum, namun tetap kejaksaan melakukan eksekusi paksa dan  melawan hukum,” katanya dalam keterangan resminya diterima ChanelBali.com, di Denpasar, Rabu (27/3/2013).

Anand sebagai warga Negara yang baik, kata dia menjalaninya namun tapi dengan protes.

“Dan kami hari ini sudah mendaftarkan pra-peradilan atas penahanan yang tidak sah” jelas Otto.

Hal senada diutarakan keluarga Anand Krishna. Prashant Gangtani, putra Anand Krishna.

Dia mengatakan, eksekusi terhadap ayahandanya, sudah masuk abuse of power atau penyalahgunaan kekuasaan oleh Kejari Jaksel.

Menurutnya, mengeksekusi putusan batal demi hukum sama dengan tidak taat pada hukum.

“Sebagai instansi negara, seharusnya mereka memberi contoh yang baik untuk tidak melakukan tindakan melawan hukum,” imbuhnya.

Penegasan keharusan untuk terpenuhi pasal 197 ayat 1 dalam mempidanakan seseorang telah diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi tanggal 22 Nov 2012.

Komisi III DPR secara spesifik meminta kejagung untuk melaksanakan putusan MK ini agar memenuhi rasa keadilan masyarakat dan tatanan hukum di Indonesia.

Sebelumnya, pada surat tertanggal 9 Nov 2012, Komnas HAM telah mengeluarkan rekomendasi, bahwa putusan MA adalah putusan yang cacat hukum dan adanya indikasi pelanggaran HAM yang terjadi kepada Anand Krishna.

Diketahui, Anand Krishna dieksekusi paksa tim kejaksaan di Bali bulan lalu (16/2). Tim membawa Anand Krishna ke Jakarta dan mengeksekusi ke LP Cipinang.

Eksekusi ini didasarkan atas dasar putusan MA yang diketok oleh salah satunya, mantan Hakim Agung Achmad Yamanie yang telah diberhentikan secara tidak hormat akhir tahun lalu.

Sebelumnya oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Anand Krishna telah divonis bebas oleh Hakim Albertina Ho pada 22 Nov 2011. (rma)

Anand Krishna Praperadilkan Kejaksaan

28 Mar

http://www.beritabali.com/index.php/page/berita/dps/detail/27/03/2013/Anand-Krishna-Praperadilankan-Kejaksaan/201107022293

Rabu, 27 Maret 2013 | 20:11Image

Beritabali.com, Denpasar. Pihak Anand Krishna keberatan atas dieksekusinya Anand Krishna oleh pihak Kejaksaan.

Karena ketidakpuasannya itu, Anand pun mendaftarkan gugatan pra-peradilan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan melawan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan.
 
Otto Hasibuan, Kuasa Hukum Anand, menyampaikan bahwa penahanan kliennya dianggap tidak sah karena dasar eksekusi yang dipakai pihak kejaksaan adalah putusan yang batal demi hukum.

Hal ini karena tidak terpenuhinya pasal 197 KUHAP pada putusan tersebut dimana putusan tersebut batal demi hukum.

“Kita sudah menyampaikan beberapa kali kepada pihak kejaksaan pada dasar eksekusinya itu putusan batal demi hukum, namun tetap kejaksaan melakukan eksekusi paksa dan  melawan hukum. Pak Anand sebagai warga Negara yang baik menjalani, tapi dengan protes. Dan kami hari ini sudah mendaftarkan pra-peradilan atas penahananyang tidak sah,” jelas Otto.
 
Hal senada diutarakan keluarga Anand Krishna. Prashant Gangtani, putra Anand Krishna mengatakan, “Ini sudah masuk abuse of power atau penyalahgunaan kekuasaan oleh Kejari Jaksel. Mengeksekusi putusan batal demi hukum sama dengan tidak taat pada hukum. Sebagai instansi negara seharusnya mereka memberi contoh yang baik untuk tidak melakukan tindakan melawan hukum”.
 
Seperti diketahui penegasan keharusan untuk terpenuhi pasal 197 ayat 1 dalam mempidanakan seseorang telah diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi tanggal 22 November 2012 lalu, Bahkan Komisi III DPR secara spesifik meminta kejagung untuk melaksanakan putusan MK ini agar memenuhi rasa keadilan masyarakat dan tatanan hukum di Indonesia.
 
Sebelumnya pada surat tertanggal 9 November 2012, Komnas HAM telah mengeluarkan rekomendasi yang menyatakan bahwa putusan MA adalah putusan yang cacat hukum dan adanya indikasi pelanggaran HAM yang terjadi kepada Anand Krishna.
 
Seperti diketahui, Anand Krishna dieksekusi paksa oleh tim kejaksaan di Bali bulan lalu (16/2/2013). Tim membawa Anand Krishna ke Jakarta dan mengeksekusi ke LP Cipinang.

Eksekusi ini didasarkan atas dasar putusan MA yang diketok oleh salah satunya, mantan Hakim Agung Achmad Yamanie yang telah diberhentikan secara tidak hormat akhir tahun lalu.
 
Sebelumnya oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Anand Krishna telah divonis bebas oleh Hakim Albertina Ho pada 22 November 2011. (ctg)

 

Anand Krishna Gugat Kejari Jaksel

28 Mar

http://m.rmol.co/news.php?id=104070

Rabu, 27 Maret 2013

RMOL. Spiritualis Anand Krishna keberatan atas eksekusi penahanan paksa yang dilakukan pihak kejaksaan terhadap dirinya. Karena itu, Anand pun melayangkan gugatan pra-peradilan.

“Penahanan klien kami tidak sah karena dasar eksekusi yang dipakai kejaksaan adalah putusan yang batal demi hukum. Putusan tidak memenuhi Pasal 197 KUHAP,” kata Otto Hasibuan, pengacara Anand, dalam keterangan persnya, Rabu (27/3).

Image

Dia mengatakan gugatan pra peradilan melawan eksekusi yang dilakukan Kejaksan Negeri Jakarta Selatan sudah didaftarkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan hari ini.

Otto mengatakan pihaknya sudah menyampaikan beberapa kali kepada pihak kejaksaan bahwa dasar eksekusi kliennya adalah putusan batal demi hukum. Namun, pihak kejaksaan tetap saja melakukan eksekusi paksa dengan cara-cara melawan hukum.

“Pak Anand sebagai warga Negara yang baik menjalani (eksekusi), tapi dengan protes,” tegas dia.

Prashant Gangtani, putra Anand Krishna menambahkan, eksekusi yang dilakukan Kejaksaan sebagai abuse of power atau penyalahgunaan kekuasaaan. Mengeksekusi putusan batal demi hukum sama dengan tidak taat pada hukum.

“Sebagai instansi negara seharusnya mereka memberi contoh yang baik untuk tidak melakukan tindakan melawan hukum,” imbuh Prashant.

Penegasan keharusan untuk terpenuhi pasal 197 ayat 1 dalam mempidanakan seseorang telah diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi tanggal 22 November 2012. Bahkan Komisi III DPR secara spesifik meminta kejagung untuk melaksanakan putusan MK ini agar memenuhi rasa keadilan masyarakat dan tatanan hukum di Indonesia.

Sebelumnya, pada surat tertanggal 9 November 2012, Komnas HAM telah mengeluarkan rekomendasi yang menyatakan bahwa putusan MA adalah putusan yang cacat hukum dan ada indikasi pelanggaran HAM yang terjadi kepada Anand Krishna.

Anand Krishna dieksekusi paksa oleh tim kejaksaan di Bali bulan lalu(16/2). Tim membawa Anand Krishna ke Jakarta dan menahannya di LP Cipinang. Eksekusi didasarkan atas dasar putusan MA yang diketok oleh salah satunya, mantan Hakim Agung Achmad Yamanie yang telah diberhentikan secara tidak hormat akhir tahun lalu.

Sementara oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Anand Krishna divonis bebas oleh Hakim Albertina Ho pada 22 Novomber 2011.[dem]

Neo Self Empowerment Dan Neo Kundalini Yoga Untuk Membangkitkan Jiwa Dan Raga Bangsa Indonesia

28 Mar

Oleh : I Gusti Ngurah Sidharta KK

Anand Krishna bukan angkatan 1945 tapi  pemikiran, perkataan serta tindakannya mengingatkan saya pada generasi 1945 yang bekerja tanpa pamrih, tak kenal kata meyerah dan berjuang sampai titik darah penghabisan utuk mencapai Indonesia Merdeka.

Salah satu generasi dari angkatan 1945 adalah W.R. Supratman, seorang pejuang dan penggubah lagu kebangsaan kita, Indonesia Raya. W.R. Supratman menuliskan syair dalam lagu kebangsaan Indonesia Raya, …………bangunlah jiwanya – bangunlah badannya………ya untuk memperoleh kemerdekaan jiwa kita mesti juga membangun badan kita.

Anand Krishna telah memberikan technical know-how nya, menggali dari tradisi spiritual lintas agama, juga melalui laboratoriumnya yang bernama Anand Ashram. Teknik teknik meditasi dipelajari dan diterapkan sesuai dengan kemajuan zaman dan kebutuhan bangsa kita. Melalui Neo Self Empowerment dan Neo Kundalini Yoga, jiwa dan raga kita diajak bangun.

Bagi saya kedua latihan tersebut sangat bermanfaat bagi pengembangan jiwa dan raga saya. Kedua latihan tersebut ditambah buku-buku Anand Krishna membuat jiwa dan raga saya selalu bersemangat dalam menghadapi berbagai masalah dan membuat kecintaan terhadap Indonesia bertambah.

Ini semestinya bukan hanya program sebuah yayasan! Semestinya ini menjadi program Negara. Bukankah kita semua pernah menyanyikan lagu kebangsaan kita Indonesia Raya?……Bangunlah jiwanya bangunlah badannya……. dan sudah saatnya Kementerian Kesehatan ditingkatkan menjadi Kementerian Kesehatan Holistik.

Sayang kita tidak menghargai rasa cinta dan pengabdian Anand Krishna terhadap Indonesia. Pengarang lebih dari 160 buku pemberdayaan jiwa dan raga manusia Indonesia dan peracik meditasi Neo Self Empowerment dan Neo Kundalini Yoga itu kini di penjara untuk perbuatan yang tidak pernah dilakukannya . Silakan baca selengkapnya di www.freeanandkrishna.com dan tandatangani petisi di http://www.avaaz.org/en/petition/Justice_and_Human_Rights_for_Religious_Pluralist_and_Freedom_Fighter_Anand_Krishna/?pv=0 . Oleh : I Gusti Ngurah Sidharta KK

Image

Dengan Neo Self Empowerment, tetap semangat saat magang!

26 Mar

semedi1-500x500

Sebuah Pengalaman dari Gilang Nadia putri
Jadi anak magang reporter di stasiun tv lokal itu, wuuuiiiih ngabisin tenaga.

(˘o ˘”)

 

Ya fisik, ya pikiran semua kepake.

Ga jarang sering disuruh ngikut liputan sampe tengah malam.

Kepanasan (̾˘̶̀̾ ̯˘̶́̾ ̾̾’̾̾)̾

Jelas donk,

Kehujanan,,beeuh udah pasti.

Belum lagi kalo udah ada yang manggil ” Nadiaaaa,,latihan ini,,latihan itu,,”

Woooow banget deh,,

 

Sempet mikir siy, brapa lama saya bakal tahan dengan ritme kerja kayak gini.

 

Ini aja masih magang, gimana kalo udah ‘terbang’ sendirian?

Udah gitu, supervisor saya pernah bilang banyak anak magang lain yang cuman bertahan 3 harian pas lagi magang.

O.o

Jadi takut,,

 

Untungnya, sejak 5 Tahun lalu saya ketemu latihan Neo Self Empowerment. Neo Self Empowerment racikan Anand Krishna dengan riset lbh dr 20 th memang mendukung pemberdayaan diri baik di bidang stamina fisik maupun mengeliminir stress.

Latihan ini emang Jos Gandos pemirzaaah!!!

Saya jadi ga gampang capek, daya tahan kuat, dan siap lari sana lari sini.

Yihaaaa!

Alhamdulillah banget latihan ini membantu saya untuk stay fit selama magang dan Insya Allah nanti kalo udah mulai terbang sendirian.

 

Saya juga jadi inget dulu pas talkshow salah satu buku Anand Krishna, beliau pernah kasih kata-kata yang saya inget banget, kalo kita fit, bekerja dengan senang hati dan penuh semangat pelayanan, pasti bisa ikut membantu orang lain.

Terimakasih banyak kepada Anand Krishna untuk latihan yang diberikan,,

Hidup Sehat Ceria Penuh Makna Setelah Ikut Latihan Kundalini Yoga

24 Mar

549978_4447586240569_2091223_n

Sebuah Presentasi dari Ibu Rosita

Saya adalah seorang ibu rumah tangga dengan putra-putri yang sudah besar.
Putra yang sulung sudah bekerja di Jakarta, sedang putra yang bungsu masih kuliah di Semarang. Kami tinggal bersama suami dan anak putri yang sudah bekerja di Solo. Saya dan suami tidak pernah punya pembantu dan melakukan pekerjaan rumah tangga sendiri. Kami sekeluarga sering pindah kota mengikuti pekerjaan suami. Banyak yang mengatakan penampilan boleh muda, akan tetapi tubuh tidak dapat ditipu. Itu pula yang saya alami selama berpindah-pindah mengikuti suami. Tekanan darah tinggi sering naik, ditambah lagi genetik bawaan thalasemia minor. Sejak muda saya sudah menjaga makanan, tidur juga selalu teratur, akan tetapi kesehatan terpengaruh oleh usia juga.

Pernah pada suatu hari kala masih tinggal di Aceh, badan terasa capek, rasanya seperti habis melahirkan. Saya berpikir mungkin hidup saya akan berakhir. Akan tetapi setelah ke dokter dan diberi obat, saya kembali sehat. Hanya saja beberapa kali kejadian tersebut berulang, baik kala kami tinggal di Pandeglang maupun di Semarang, dan semakin lama semakin sering. Dapat kami tambahkan bahwa hobby saya membaca buku dan majalah, dan entah kenapa tertarik pada tulisan tentang meditasi dan kesehatan.

 

Pada waktu kami pindah ke Semarang di tahun 1997, kami pernah melihat spanduk  di Jalan Pandanaran tentang acara Meditasi oleh Anand Krishna. Rasanya ingin ikut akan tetapi nampaknya suami belum tertarik karena pekerjaannya menyita waktu, sehingga saya belum berani menyampaikan keinginan saya. Tidak lama kemudian suami membeli buku “Tetap Waras di Jaman Edan, Visi Ronggowarsito Bagi Orang Modern”, Anand Krishna, Gramedia Pustaka, 1998. Saya ikut membaca dan kami berdua tertarik pada buku tersebut. Sampai pada suatu saat pada saat menghadiri acara arisan di komplek, ada tetangga yang mengajak ikut latihan meditasi di Gedung Gapensi yang hanya beberapa meter dari tempat tinggal kami. Saya mengajak suami dan suami saja mau saja.

Saat itu suami saya sudah berusia menjelang 50 tahun dan kebanyakan peserta adalah anak-anak muda. Waktu itu latihan yang amat berkesan adalah voice culturing dan fasilitator yang melatih di Anand Krishna Center Semarang adalah dokter Djoko. Rupanya pak dokter ini bekerja di Pati dan melatih di Semarang sampai malam dan kembali ke Pati untuk bekerja di keesokan harinya. Setelah itu kami suami-istri aktif latihan dan merasakan perubahan kesehatan kami. Sebagai seorang yang hobby membaca, suami membeli semua buku-buku karya Anand Krishna. Ternyata latihan dan buku-buku tersebut mengubah kehidupan keluarga kami. kesehatan kami membaik, kondisi kritis mengalami kelelahan dan kehabisan energi semakin jarang datang.

 

Bukan hanya kesehatan, pandangan hidup kami semakin baik kala saya dan suami mulai latihan Kundalini Yoga secara rutin. Saya tahu bahwa Latihan Seni Memberdaya Diri 1 dan Kundalini Yoga adalah meditasi racikan Anand Krishna berdasar riset lebih dari 20 tahun. Dan kami mengucapkan terima kasih pada Anand Krishna, bahwa kesehatan dan kesadaran kami telah meningkat dan hidup terasa lebih bermakna.

 

Saat ini saya ikut suami setiap seminggu sekali latihan bersama Kundalini Yoga di Anand Krishna Center Joglosemar di Perum Dayu Permai P.18 Jalan Kaliurang km 8.5 Yogyakarta. Dan juga sekali seminggu latihan bersama Neo Self Empowerment di Anand Krishna Information Center Surakarta, Jalan Dworowati 33 Sidokare Surakarta. Secara rutin setiap hari kami berdua menyempatkan latihan meditasi 20 menit pagi dan sore. Sehabis latihan meditasi tubuh selalun merasa fit dan penuh energi. Alhamdulillah, Puji Tuhan terima kasih. Rosita Nova Andriyani.

Osho on Gurdjieff’s Strange Methods

22 Mar
    Gurdjieff

    Osho – Gurdjieff was born near the Caucasus in Russia ― still there are nomads, wandering tribes. Even sixty years of communist torture has not been able to settle those nomads, because they consider wandering to be man’s birthright, and perhaps they are right. He started moving from one group to another. He learned many languages of the nomads, he learned many arts of the nomads. He learned many exercises that are not available to civilized people any more, but nomads need them.

    For example; it may be very cold and the snow is falling, and to live in a tent…. Nomads know certain exercises of breathing that change the rhythm of the breath, the temperature of your body increases. Or if it is too hot, if you are passing through a desert, then change again to a different rhythm…and your body has an automatic, inbuilt, air-conditioning system.

    Gurdjieff learned his first lessons in hypnosis with these nomadic groups. If the wife and the husband are both going to sell some things in the market, in the village, what to do with the children, the small children? These nomads have used hypnotism for centuries. They will just draw a circle around the child and tell him, “Till we return you cannot get out of this circle.”

    Now, this has been told for centuries to every child. From the moment he could understand, he has heard it. He is hypnotized by it. The moment it is uttered, the moment he sees the line being drawn around him, he simply relaxes inside: there is no way to get out, he can’t get out. Gurdjieff was very puzzled, because he was ten or twelve years old then: And what nonsense is this? And each child in every nomad camp is just surrounded by a line, and that’s all.

    The father and mother disappear for the whole day to work in the town. By the evening when they come the child is still inside the circle. Gurdjieff started wondering how it happened, why it happened, and soon he was able to figure out that it is just a question of your unconscious accepting the idea. Once your unconscious accepts the idea, then your body and your conscious mind have no power to go against it.

    In his own exercises that he developed later on when he became a master, Gurdjieff used all these nomad techniques that he had learned from those strange people ― uncivilized, with no language, no written alphabet, but who knew very primitive methods. And he was surprised to see that hypnotism works not only on children but on grown men, because those children become young adults; then too it works.

    Then they become old, then too it works. It does not change with age. Gurdjieff used to play with the old people, drawing a circle around them, and the old person would shout, “Don’t do that, don’t do that,” and before the circle was complete he would jump out. If the circle was complete then it was impossible, you were caught. And this boy ― who could know whether he would be coming back again or not? When the circle was half completed, something was open: you could escape.

    Then you were saved, otherwise you were caught in it. And many times Gurdjieff succeeded in making the circle complete. Then even the old man would simply sit down, just like a small child, and would pray to him, “Break your circle.” Gurdjieff used that technique in many ways ― and many other techniques that he learned from those people. He used to have an exercise called the “stop exercise,” and he exhibited it all over the world, particularly in America and Europe.

    He would teach dances, strange dances, because nobody knew those dances that the Caucasian nomads dance… strange instruments and strange dances. They had strange foods that Gurdjieff learned to make. His ashram near Paris was something just absolutely out of this world. His kitchen was full of strange things, strange spices that nobody had ever heard of, and he himself would prepare outlandish foods.

    He had learned it all from those nomads. And those foods had a certain effect. Certain foods have certain effects; certain dances have certain effects; certain drums, instruments, have certain effects. Gurdjieff had seen that if a certain music is played and people are dancing a particular dance, then it is possible for them to dance on red-hot, burning coals and still not be burned.

    The dance is creating a certain kind of energy in them so that they can escape the law of fire ― which is a lower law. Certainly, if consciousness knows something higher it can escape from lower laws. All the stories about miracles are nothing but stories about people who have come to know certain higher laws; naturally, then the lower laws don’t function. Gurdjieff had seen all these things, he had experienced them when he was a child, and children are very curious.

    There was no father, no mother to prevent him from doing anything, so he was experimenting with everything, in every possible way. And once he was finished with one nomad group, he would simply move to another because from other groups he had other things to learn. He developed all his exercises from these nomadic people. The stop exercise was tremendously significant, perhaps one of the greatest contributions to the modern world ― and the modern world is not even aware of it.

    Gurdjieff would tell his disciples to be engaged in all kinds of activities: somebody is digging in the garden, somebody is cutting wood, somebody is preparing food, somebody is cleaning the floor. All kinds of activities are going on, with the one condition that when he says “Stop!” then wherever you are, in whatsoever posture you are, you stop dead. You are not to be cunning, because then the whole point of the exercise is lost.

    For example, if your mouth is open and you see that Gurdjieff is not there to notice, and you just close your mouth and rest, you have missed the point. One of your legs was up ― you were just moving ― and one leg was down; now suddenly the “Stop!” call comes. You have to stop, knowing perfectly well that soon you will fall down; you cannot stand on one foot for long. But that is the whole point of the exercise: whatever the consequence you simply stop as you are, you just become a statue.

    You will be surprised that such a simple exercise gives you so much release of awareness. Neither Buddha, nor Patanjali, nor Mahavira was aware of it, that such a simple exercise…it is not complex at all. When you become just a statue, you are not even allowed to blink an eye; you stay exactly as you are at the moment you hear the word “Stop!” It simply means stop and nothing else.

    You will be surprised that you suddenly become a frozen statue ― and in that state you can see yourself transparently. You are constantly engaged in activity ― and with the activity of the body, the mind’s activity is associated. You cannot separate them, so when the body completely stops, of course, immediately the mind also stops then and there.

    You can see the body, frozen, as if it is somebody else’s body; you can see the mind, suddenly unmoving, because it has lost its association with the body in movement. It is a simple psychological law of association that was discovered by another Russian, Pavlov. Gurdjieff knew it long before Pavlov, but he was not interested in psychology so he never worked it out that way.

    Pavlov also got the idea from the same nomads, but he moved in a different direction ― he was a psychologist. He started working on the lines of the law of association. Pavlov would give food to his dog, and while he was giving the food, he would just go on ringing a bell. Now the bell and the bread had nothing to do with each other, but to the dog they were becoming associated. Whenever Pavlov gave the dog some bread, he would ring the bell too.

    After fifteen days he would simply ring the bell and the dog’s tongue would start hanging out ready for the bread. Now, somewhere in the dog’s mind, the bell and the bread were no longer two separate things. Gurdjieff was doing far higher work. He found a simple way of stopping the mind. In the East people have been trying for centuries to concentrate the mind, to visualize it, to stop it ― and Gurdjieff found a way through physiology.

    But it was not his discovery, he had just found what those nomads had been doing all along. Gurdjieff would shout “Stop!” and everybody would freeze. And when the body suddenly freezes, the mind feels a little weird: What happened? ― because the mind has no association with the frozen body, it is just shocked. They are in cooperation, in a deep harmony, moving together. Now the body has completely frozen, what is the mind supposed to do? Where can it go?

    For a moment there is a complete silence; and even a single moment of complete silence is enough to give you the taste of meditation. Gurdjieff had developed dances, and during those dances suddenly he would say “Stop!” Now, while dancing you never know in what posture you are going to be. People would simply fall on the floor. But even if you fall, the exercise continues.

    If your hand is in an uncomfortable position under your body, you are not to make it comfortable because that means you have not given a chance for the mind to stop. You are still listening to the mind. The mind says, “It is uncomfortable, make it comfortable.” No, you are not to do anything.

    In New York when he was giving his demonstration of the dance, Gurdjieff chose a very strange situation. All the dancers were standing in a line, and at a certain stage in the dance when they came dancing forwards and were just standing in a queue with the first person just at the edge of the stage, Gurdjieff said “Stop!” The first person fell, the second fell, the third fell ― the whole line fell on each other. But there was dead silence, no movement.

    One man in the audience just seeing this got his first experience of meditation. He was not doing it, he was just seeing it. But seeing so many people suddenly stop and then fall, but falling as if frozen, with no effort on their own to change their position or anything…. It was as if suddenly they had all become paralyzed. The man was just sitting in the front row, and without knowing he just stopped, froze in the position he was in: his eyes stopped blinking, his breath had stopped.

    Seeing this scene ― he had come to see the dance, but what kind of dance was this? ― suddenly he felt a new kind of energy arising within him. And it was so silent and he was so full of awareness, that he became a disciple. That very night he reached Gurdjieff and said, “I can’t wait.” It was very difficult to be a disciple of Gurdjieff; he made it almost impossible. And he was really a hard taskmaster.

    And one can tolerate things if one can see some meaning in them, but with Gurdjieff the problem was that there was no obvious meaning. This man’s name was Nicoll. Gurdjieff said, “It is not so easy to become my disciple.” Nicoll said, “It is not so easy to refuse me either. I have come to become a disciple, and I will become a disciple. You may be a hard Master, I know; I am a hard disciple!”

    Both men looked into each other’s eyes and understood that they belonged to the same tribe. This man was not going to leave. Nicoll said, “I am not going. I will be just sitting here my whole life until you accept me as a disciple” and Nicoll’s case is the only case in which Gurdjieff accepted him without bitching; otherwise, he used to be so difficult. Even for a man like P.D. Ouspensky, who made Gurdjieff world-famous ― even with him Gurdjieff was difficult.

    Ouspensky remembers that they were traveling from New York to San Francisco in a train, and Gurdjieff started making a nuisance of himself in the middle of the night. He was not drunk, he had not even drunk water, but he was behaving like a drunkard ― moving from one compartment to another compartment, waking people and throwing people’s things about. And Ouspensky, just following him, said, “What are you doing?” but Gurdjieff wouldn’t listen.

    Somebody pulled the train’s emergency chain, “This man seems to be mad!” ― so the ticket-checker came in and the guard came in. Ouspensky apologized and said, “He is not mad and he is not drunk, but what to do? It is very difficult for me to explain what he is doing because I don’t know myself.” And right in front of the guard and ticket-checker, Gurdjieff threw somebody’s suitcase out of the window.”

    The guard and the ticket-checker said, “This is too much. Keep him in your compartment and we will give you the key. Lock it from within, otherwise we will have to throw you both out at the next station.” Naturally Ouspensky was feeling embarrassed on the one hand and enraged on the other hand that this man was creating such a nuisance. He thought, “I know he is not mad, I know he is not drunk, but.” Gurdjieff was behaving wildly, shouting in Russian, screaming in Russian, Caucasian he knew so many languages and the moment the door was locked, he sat silently and smiled.

    He said to Ouspensky, “How are you?”

    Ouspensky said, “You are asking me, ‘How are you?’! You would have forced them to put you in jail, and me too because I couldn’t leave you in such a condition. What was the purpose of all this?”

    Gurdjieff said, “That is for you to understand. I am doing everything for you, and you are asking me the purpose? The purpose is not to react, not to be embarrassed, not to be enraged. What is the point of feeling embarrassed? What are you going to get out of it? You are simply losing your cool and gaining nothing.”

    “But,” Ouspensky said, “You threw that suitcase out of the window. Now what about the man whose suitcase it is?”

    Gurdjieff said, “Don’t be worried it was yours!”

    Ouspensky looked down and saw that his was missing. What to do with this master! Ouspensky writes: “l felt like getting down at the next station and going back to Europe… because what else would Gurdjieff do?”

    And Gurdjieff said, “I know what you are thinking you are thinking of getting down at the next station. Keep cool!”

    “But,” Ouspensky said, “how can I keep cool now that my suitcase is gone and my clothes are gone?”

    Gurdjieff said, “Don’t be worried your suitcase was empty. Your clothes I’ve put in my suitcase. Now just cool down.”

    But later, when he was in the Caucasus and Ouspensky was in London, Gurdjieff sent Ouspensky a telegram: “Come immediately!” ― and when Gurdjieff says “Immediately,” it means immediately! Ouspensky was involved in some work, but he had to leave his job, pack immediately, finish everything and go to the Caucasus. And in those days, when Russia was in revolution, to go to the Caucasus was dangerous, absolutely dangerous.

    People were rushing out of Russia to save their lives, so to enter Russia and for a well-known person like Ouspensky, well-known as a mathematician, world famous…. It was also well-known that he was anti-communist, and he was not for the revolution. Now, to call him back into Russia, and that too, to the faraway Caucasus…. He would have to pass through the whole of Russia to reach to Gurdjieff who was in a small place, Tiflis, but if Gurdjieff calls…. Ouspensky went.

    When he arrived there he was really boiling, because he had passed by burning trains, stations, butchered people and corpses on the platforms. And how he had managed ― he himself could not believe that he was going to reach Gurdjieff, but somehow he managed to. And what did Gurdjieff say? He said, “You have come, now you can go: the purpose is fulfilled. I will see you later on in London.”

    Now this kind of man…. He has his purpose ― there is no doubt about it ― but has strange ways of working. Ouspensky, even Ouspensky, missed. He got so angry that he dropped all his connections with Gurdjieff after this incident, because this man had pulled him into the very mouth of death for nothing! But Ouspensky missed the point. If he had gone back as silently as he had come, he may have become enlightened by the time he reached London ― but he missed the point.

    A man like Gurdjieff ― may not always do something that is apparently meaningful, but it is always meaningful. Nicoll became his disciple, and he had to make it through so many strange tasks, strange in every possible way. No Master before Gurdjieff had tried such strange ways. For example, he would force you to eat, to go on eating; he would go on forcing you, “Eat!” ― and you could not say no to the Master. While tears were coming to you he was saying “Eat!”… and those spices, Caucasian spices ― Indian spices are nothing!

    Your whole throat was burning, you could feel the fire even in your stomach, in your intestines, and he was saying “Eat! Go on eating until I say stop.” But he had some hidden meaning in it. There is a point for the body…. I said just the other day to you that a point comes for the body, if you fast, when after five days it changes its system. That is, the body starts absorbing its own fat, and then there is no more hunger.

    That is one method that has been used. This is also a similar method ― in the opposite direction. There is a point beyond which you cannot eat, but the master says, “Go on.” He is trying to bring you to the brink of the capacity of your whole physiology, and you have never touched that. We are always in the middle. Neither are we fasting, nor are we feasting like Gurdjieff; we are always in the middle.

    The body is in a settled routine; hence, the mind is also settled in its way of movement. Fasting destroys that. That’s why fasting became so important in all religions. It brings you to a moment after fifteen days when you simply start forgetting thoughts. Bigger gaps start appearing: for hours there is not a single thought, and after twenty-one days your mind is empty. It’s strange that when the stomach is totally empty it creates a synchronicity in the mind ― the mind becomes totally empty.

    Fasting is not a goal in itself. Only idiots have followed it as a goal in itself It is simply a technique to bring you to a stage where you can experience a state of no-mind. Once that is experienced, you can go back to food. Then there is no problem, you know the track. And then, eating normally also you can go into that state any time you want. Gurdjieff was doing just the opposite because that’s what he had learned from the nomads.

    Those are a totally different kind of people. They don’t have any scriptures. They don’t have any people like Buddha, Mahavira, or any others, but they have passed on by word of mouth, from generation to generation, certain techniques that were given by the father to the son. This technique Gurdjieff learned from those nomads. They eat too much, and go on eating, and go on eating, and go on eating.

    A moment comes when it is not possible to eat anymore ― and that is the point when Gurdjieff would force you to eat. If you say yes even then, suddenly there is an immediate state of no-mind because you have broken the whole rhythm of body and mind.  Now it is inconceivable for the mind to grasp what is happening. It cannot work any longer in this situation. It has not known it before because ― always remember ― mind is exactly like a computer.

    It is a bio-computer, it functions according to its program. You may be aware of it, you may not be aware of it, but it functions according to a program. Break the program somewhere…. And you can break the program only at the ends, only at the boundary, where you are facing an abyss. Gurdjieff would force people to drink so much alcohol ― and all kinds of alcoholic beverages ― that they would go almost crazy; so drunk that they would forget completely who they were.

    And he would go on giving it to them. If they fell he would shake them, sit them up and pour them some more, because there is a moment when the person has come to a point where his whole body, his whole consciousness is completely overtaken by the intoxicant. In that moment his unconscious starts speaking. Freud took three years, four years, five years of psychoanalysis to do this.

    Gurdjieff did it in a single night! Your unconscious would start speaking, would give all the clues about you of which you have not even been aware. And you would not know that you had given those clues to Gurdjieff ― but he would know. And then he would work according to those clues: what exercises would be right for you, what dances would be suitable for you, what music was needed for you.

    All the clues have been given by your unconscious. You were not aware of it because you were completely intoxicated. You were not present when he worked on the unconscious and persuaded it to give all the clues about you. Those were the secrets about you ― then he had the keys in his hands. So if somebody refused, “Now I cannot drink any more,” he would throw him out. He would say, “Then this is not the place for you.”  – Osho

Continue reading